Seorang penyair Farsi pernah bermadah:

‘ Tidak semestinya dengan memandang (wajah) sahaja cinta terbentuk. Kadangkala khazanah cinta terbentuk dengan perkataan.’

Sebagaimana lahirnya cinta kita kepada Allah swt dan Rasulullah saw.
Kisah cinta Rabiatul Adawiyah kepada Rabbnya, menolak pinangan kerana cintanya hanyalah untuk YANG SATU...dan cintanya Bilal bin Rabbah kepada Rasulullah saw. Wafatnya Baginda, Bilal tidak lagi dapat melaungkan ‘azan kerana terlalu sedih mengingati Baginda. Kisah cinta sejati yang lahirnya dari sekeping daging yang suci, itulah............HATI........yang banyak berkata-kata...

Tuesday 24 January 2012

MENGAPA DOA TIDAK DIKABULKAN...


Selalunya Allah SWT akan mengabulkan setiap doa melalui saluran yang diizinkan syarak. Tetapi jika pemberian itu tidak sampai ke tangan kita atau kita tidak menerimanya, maka itu bukanlah salah Allah SWT. Mungkin ada kesilapan dan kesalahan yang kita lakukan. Di antara kemungkinan itu ialah:
  • Ada kalanya kita sudah terlalu jauh dengan Allah SWT.
  • Ada dinding yang membataskan kita dengan Allah SWT seperti dosa yang sudah bertimbun-timbun sehingga Allah SWT berasa tidak patut lagi kita menerima pemberian-Nya yang bernilai tinggi dan suci itu.
  • Kita selalu berdoa tetapi perbuatan maksiat tidak kita tinggalkan dan kita suka mengambil sesuatu melalui jalan yang haram.
  • Boleh jadi kerana salah kita melanggar syaratnya atau kerana salah satu sebab yang kita tahu atau sedar.
Ibrahim Adham, seorang ahli sufi yang sangat masyhur pernah ditanya oleh orang ramai ketika beliau berada di tengah pasar Basrah, mengapa doa kami tidak dimakbulkan Allah pada hal kami selalu berdoa. Ibrahim Adham menjawab: “Kerana hati kamu buta (mati) disebabkan sepuluh perkara, iaitu:
  1. Kamu mengenal Allah tetapi kamu tidak menunaikan hak-Nya.
  2. Kamu sangka kamu cintakan Rasulullah tetapi kamu tinggalkan sunnahnya.
  3. Kamu membaca al-Quran tetapi kamu tidak beramal dengannya.
  4. Kamu makan nikmat Allah tetapi kamu tidak bersyukur kepada-Nya.
  5. Kamu mengaku syaitan itu musuh kamu tetapi kamu tidak menentangnya.
  6. Kamu mengaku syurga itu benar tetapi kamu tidak beramal untuknya.
  7. Kamu mengaku neraka itu benar tetapi kamu tidak lari daripadanya.
  8. Kamu mengaku mati itu benar tetapi kamu tidak bersedia untuknya.
  9. Kamu bangun dari tidur lalu kamu ceritakan segala keaiban manusia tetapi kamu lupakan keaiban kamu sendiri.
  10. Kamu kebumikan mayat saudara-saudara kamu tetapi kamu tidak mengambil iktibar daripadanya.
Daripada sepuluh sebab yang membutakan hati itu tersimpul satu sifat bahawa kebanyakan kita tidak menjunjung tugas sebagai hamba yang sebenar bagi Allah. Sebab itu wajar sekali kita tidak mendapat keistimewaan yang melimpah ruah – setiap panggilan tak mungkin disahut dan setiap permintaan tak mungkin dikabulkan Allah.
Bey Ariffin dalam bukunya Samudra Al-Fatihah antara lain mengatakan; doa seseorang itu tidak akan dimakbulkan Allah walaupun ia merendah diri serendah-rendahnya (khusyu’ dan tawadhu’) sewaktu berdoa, serta memuliakan Allah dengan semulia-mulianya, tetapi apabila sebelum berdoa atau sesudahnya dia mengerjakan pekerjaan yang sangat dilarang dan dimurkai Allah.
Di sinilah letaknya rahsia mengapa Allah tidak mengabulkan doa sebahagian besar dari manusia yang berdoa dan di sinilah pula letaknya kenapa Allah selalu mengabulkan doa Rasul dan nabi, para sahabat dan tabi’iin, para wali dan orang soleh lainnya.
Untuk membolehkan doa itu dimakbulkan Allah s.w.t maka ia hendaklah dilakukan dengan sebaik-baiknya dan dengan memelihara adab- adab berdoa. Di antara adab-adab berdoa ialah:
  • Doa hendaklah dilakukan dalam waktu yang baik dan mulia seperti pada hari Arafah, ketika Ramadhan, Jumaat, sepertiga yang akhir dari malam dan pada waktu sahur.
  • Berdoa dalam keadaan yang mulia seperti ketika sujud dalam sembahyang, ketika berhadapan dengan musuh dalam pertempuran, ketika hujan turun, sebelum menunaikan sembahyang dan sesudahnya, ketika jiwa sedang tenang dan bersih daripada gangguan syaitan dan ketika menghadap Kaabah.
  • Berdoa dengan menghadap kiblat.
  • Berdoa dengan merendahkan suara antara terdengar dan tidak oleh orang yang berada di sisi kita.
  • Berdoa dengan tidak menggunakan kata-kata yang bersajak. Memadai dengan kata-kata biasa dan sederhana, sopan dan tepat dengan apa yang dihajati dan tidak perlu dilagukan dan amat baik dipilih lafaz-lafaz doa Rasulullah s.a.w yang bersesuaian.
  • Berdoa dalam keadaan khusyu’ dan tawadhu’ dengan merasakan kebesaran dan kehebatan Allah dalam jiwa.
  • Mengukuhkan kepercayaan bahawa doa itu akan dimakbulkan Allah dan tidak sedikitpun berasa gelisah jika tidak diperkenankan Allah s.w.t.
  • Mengulangkan doa yang diutamakan dua hingga tiga kali.
  • Memuji Allah di permulaan dan pengakhiran doa.
  • Bertaubat sebelum berdoa dan menghadapkan diri dengan sesungguhnya kepada Allah s.w.t.
Harian metro – 28/9/11 (ugama.)

Friday 20 January 2012

NIKMAT HIDUP


Kekayaan  yang  paling   tinggi  diberikan
Allah swt kepada  hambanya  ialah
 kekayaaan  nikmat.


Lihat  sajalah  nikmat yang  ada  di dalam  badan  kita ini.  Pelbagai  nikmat yang  dapat  kita  rasai  dalam  hidup  kita; diantaranya:

  • Nikmat  makan – dapat merasai perbagai makanan yang sedap-sedap.
  • Nikmat mendengar – kita dapat mendengar kata-kata yang indah.
  • Nikmat melihat – luasnya pandangan yang dapat kita tengok, benda-benda yang menarik.
  • Nikmat  berjalan – langkah  kaki  kita  akan membawa  ke mana saja kita hendak  pergi.
  • Nikmat  tidur – datangnya  malam, kita dapat  tidur dengan  lenanya.

Dengan  nikmat-nikmat di atas, tidak kurang  juga unsur-unsur negatif  yang  timbul  darinya. Dengan mata, kita  boleh  terpandang  benda-benda  yang tidak baik.  Dengan  kaki, kita boleh  berjalan  ke tempat  yang  tidak  sepatutnya. Dengan  telinga, kita mungkin  terjebak dengan  men dengar  kata-kata yang  tidak baik.  Maka bijaklah  kita  untuk  menangkisinya.

Justeru  itu,  hendaklah  kita  sentiasa berdoa  serta  memanjangkan  kesyukuran  kita  kepadaNya,  agar  kita  akan  terus  merasi  limpahan nikmat ini  di dalam  hidup  kita...

Sekiranya  ada  keperitan  hidup yang kita hadapi, anggaplah  ianya  sebagai  dugaan  dari  Yang Maha  Esa untuk  menguji  kekuatan  iman  kita.  Setelah  kita  dapat merasai  gembira  dengan  nikmat-nikmat  tersebut,  bagaimanakah  pula  kita  menangani  dugaanNya.

Wednesday 18 January 2012

MONDAY STARTERs by Soo Ewe Jin on....



People who are friends in good and bad times are priceless

 



THE MAS-Air Asia alliance remains very much the talk of Corporate Malaysia. In the many analyses so far, the recurring theme seems to be about how erstwhile enemies are going to work together as friends.

My colleague used the Sun Tzu quote, “Keep your friends close, and your enemies closer,” to lead off the cover feature on the deal in StarBizWeek on Aug 13. Somewhere in the story, there is this quote by Tony Fernandes: “You don’t have to be an enemy forever, life is too short.”

Actually, there is not that much that separates the corporate world and politics as far as alliances are concerned.

In politics, it is said that there are no permanent friends, only permanent interests. Politicians are fond of referring to their adversaries as “strange bedfellows” but will not hesitate to climb into the same bed if it suits their interests.
In the world of high-finance, bitter rivals can easily sleep on in the same bed, so long as it is good for the bottom line.

For some business people, however, friendship is not a word that exists in their vocabulary. Many good friends who go into business together learn the hard way that years of friendship count for nothing once the business issues get into the way.
A friend told me once that he will never hire me, or ask me to be his business partner, simply because he values our friendship too much.

I once met a man at a hospital as he was dying. He told me how he had pursued wealth and success at any cost. If a family member or close friend went against him, he would not spare them any mercy.

“But look at me now. I do not have long to live. But if I recover, I will surely be a different person. I will seek the forgiveness of those I have hurt. I will forgive others. I will give back to society. I will try not to be so nasty to people,” he said.

I was there to bring him a message from a former business partner who was somehow not able to bring himself to see him personally. He told me to tell him that he did not hold anything against him and to wish him well.

Tears came to his eyes. “I wish he would come and tell me this personally. I have done so much harm to him and his business. But he still thinks of me and is concerned for me.” I told him, “I hope and pray that you will both meet up and forgive each other.” They never did. He died one week later.

I was thinking about friendship this past week after a friend posted on his Facebook this simple reflection: “It has been said that everlasting friends go long periods of time without speaking and never question the friendship. These friends pick up like they just spoke yesterday, regardless of how long it has been or how far away they live; they don’t hold grudges. They understand that life is busy and know that you will always love them.”
Whether we want to admit it or not, sheer numbers of acquaintances in itself is no reflection of the number of real friends we have. Just ask anyone previously in a high position who has retired and he will tell you about the sense of “abandonment” that one feels sometimes.

Suddenly, no one is free for lunch or for teh tarik, one such person told me recently.
This is not to say that it is not possible to have real friends within working relationships. But it can only come about if we are genuinely concerned about the person, and not just the title he or she holds.

And the test of that friendship will come when you are going through a difficult journey, and he is there for you.

Deputy executive editor Soo Ewe Jin is thankful for friends, near and far, new and old, who bring that special touch into his life, through good and bad times.
 Monday 22/8/11.

Tuesday 17 January 2012

SYAIR RABIATUL ADAWIYAH...


Sambil membaca, dengarkanlah lagu dari In-Team ini...semoga terhibur.

                         


Antara syairnya yang masyhur berbunyi:

“ Kekasihku tiada  menyamai  kekasih lain biar bagaimanapun.  Tiada  selain Dia  di dalam  hatiku  mempunyai  tempat manapun. Kekasihku ghaib daripada penglihatanku dan peribadiku sekali pun. Akan tetapi Dia tidak ghaib di dalam hatiku walau sedetik pun.”

Rabiatul Adawiyah telah membentuk satu cara yang luar biasa di dalam mencinta Allah swt.  Dia menjadikan kecintaan pada Illahi sebagai satu cara untuk membersihkan hati dan jiwanya.  Dia memulakan fahaman sufinya dengan menanamkan rasa takut kepada kemurkaan Allah swt seperti yang pernah diluahkannya.

“ Wahai Tuhanku, apakah Engkau akan membakar dengan api, hati yang mencintai Mu dan lisan yang menyebut Mu dan hamba yang takut kepada MU?”

Kecintaan Rabiatu Adawiyah kepada Allah swt berjaya melewati penghargaan untuk beroleh syurga Allah semata-mata.

“Jika aku menyembah Mu  kerana takut daripada api neraka Mu, maka bakarlah aku di dalamnya! Dan jika aku menyembah Mu kerana tamak kepafa syurga Mu, maka haramkahlah aku daripadanya. Tetapi jika aku menyembah Mu kerana kecintaanku kepada Mu, maka berikanlah aku balasan yang besar, berilah aku melihat wajah Mu yang Maha Besar, Maha Mulia itu.”

Begitulah keadaan kehidupan Rabiatul Adawiyah yang ditakdirkan Allah untuk diuji dengan keimanan serta kecintaan kepadaNya.

Rabiatul Adawiyah meninggal pada 135 Hijrah iaitu ketika usianya  menjangkau 80 th.  Moga Allah swt meredainya...Amin.









9 MIMPI RASULULLAH S.A.W


Nabi Muhammad saw bersabda, “ sesungguhnya aku telah mengalami mimpi-mimpi yang menakjubkan pada malam  sebelum aku di Israqkan.
  1. Aku telah melihat seorang dari umatku telah didatangi mala’ikatul maut dengan keadaan yang amat mengerunkan untuk mengambil nyawanya, maka malaikat itu terhalang perbuatannya itu disebabkan oleh KETAATAN DAN KEPATUHANNYA KEPADA KEDUA IBU BAPANYA. 
  2. Aku melihat seorang dari umatku telah disediakan azab kubur yang amat menyiksakan, maka ia telah diselamatkan oleh berkat WUDUKNYA YANG SEMPURNA.
  3. Aku melihat seorang dari umatku sedang dikerumuni oleh syaitan-syaitan dan iblis-iblis laknatullah, maka ia diselamatkan dengan berkat ZIKIR YANG TULUS IKHLAS kepada Allah swt.
  4. Aku melihat bagaimana umatku diseret dengan rantai yang diperbuat dari api neraka jahanan yang dimasukkan dari mulut dan dikeluarkan rantai tersebut ke duburnya oleh malaikat Ahzab, tetapi SOLATNYA YANG KUSYUK DAN TIDAK MENUNJUK-NUNJUK telah melepaskannya dari seksaan itu.
  5. Aku melihat umatku ditimpa dahaga yang amat berat, setiap kali dia didatangi satu telaga, dihalang dari meminumnya, ketika itu datanglah pahala PUASA YANG IKHLAS KEPADA ALLAH SWT memberi minum hingga ia rasa puas.
  6. Aku melihat umatku cuba untuk mendekati kumpulan para nabi yang sedang duduk berkumpulan.  Setiap kali dia akan di usir, maka menjelmalah MANDI JUNUB DENGAN RUKUN YANG SEMPURNANYA sambil memimpinnya ke kumpulan seraya duduk di sebelahku.
  7. Aku melihat seorang dari umatku berada di dalam keadaan gelap gelita di sekelilingnya sedangkan pahala HAJI DAN UMRAHNYA YANG IKHLAS KEPADA ALLAH SWT, lalu mengeluarkannya dan kegelapan kepada tempat yang terang benderang.
  8. Aku melihat umatku cuba berbicara dengan orang-orang mukmin tetapi mereka tidak pun membalas bicaranya, maka menjelmalah SIFAT SILATURRAHIM DAN TIDAK SUKA BERMUSUH-MUSUHAN SESAMA UMATKU.  Lalu menyeru kepada mereka agar menyambut bicaranya dan  berbicara mereka dengannya.
  9. Aku melihat umatku sedang menepis-nepis percikan api ke mukanya, maka segeralah menjelma SEDEKAH YANG IKHLAS KERANA ALLAH SWT.  Lalu menepis muka dan kepalanya dari bahaya api tersebut.
 Sabda Rasulullah saw, ertinya " sampaikan pesananku kepada umatku walaupun dengan sepotong ayat."

KISAH RABIATUL ADAWIYAH




Rabiatul Adawiyah merupakan salah seorang srikandi agung dalam Islam. Beliau terkenal dengan sifat wara' dan sentiasa menjadi rujukan golongan cerdik pandai kerana beliau tidak pernah kehabisan hujjah. Ikutilah antara lain kisah-kisah teladan tentang beliau.

KISAH 1:

Suatu malam yang sunyi sepi, di kala masyarakat sedang khusyuk tidur, seorang pencuri telah menceroboh masuk ke dalam pondok Rabiatul Adawiyah. Namun setelah menyelongkar sekeliling berkali-kali, dia tidak menemui sebarang benda berharga kecuali sebuah kendi untuk digunakan berwudhu', itupun telah buruk. Lantas si pencuri tergesa-gesa untuk keluar dari pondok tersebut. Tiba-tiba Rabiatul Adawiyah menegur si pencuri tersebut.

"Hei, jangan keluar sebelum kamu mengambil sesuatu dari rumahku ini."

Si pencuri tersebut terperanjat kerana dia menyangka tiada penghuni di pondok tersebut. Dia juga berasa hairan kerana baru kini dia menemui tuan rumah yang begitu baik hati seperti Rabiatul Adawiyah. Kebiasaannya tuan rumah pasti akan menjerit meminta tolong apabila ada pencuri memasuki rumahnya, namun lain pula yang berlaku.

"Silakan ambil sesuatu." kata Rabiatul Adawiyah lagi kepada pencuri tersebut.

"Tiada apa-apa yang dapat aku ambil dari rumah mu ini." kata si pencuri berterus terang.

"Ambillah itu!" kata Rabiatul Adawiyah sambil menunjuk pada kendi yang buruk tadi.

"Ini hanyalah sebuah kendi buruk yang tidak berharga." Jawab si pencuri.

"Ambil kendi itu dan bawa ke bilik air. Kemudian kamu ambil wudhu' menggunakan kendi itu. Selepas itu solatlah 2 rakaat. Dengan demikian, engkau telah mengambil sesuatu yang sangat berharga daripada pondok burukku ini." Balas Rabiatul Adawiyah.
 
Mendengar kata-kata itu, si pencuri tadi merasa gementar. Hatinya yang selama ini keras, menjadi lembut seperti terpukau dengan kata-kata Rabi’atul Adawiyah itu. Lantas si pencuri mencapai kendi buruk itu dan dibawa ke bilik air, lalu berwudhu' menggunakannya.. Kemudian dia menunaikan solat 2 rakaat. Ternyata dia merasakan suatu kemanisan dan kelezatan dalam jiwanya yang tak pernah dirasa sebelum ini. Rabiatul Adawiyah lantas berdoa:

"Ya Allah, pencuri ini telah menceroboh masuk ke rumahku. Akan tetapi dia tidak menemui sebarang benda berharga untuk dicuri. Kemudian aku suruh dia berdiri dihadapan Mu. Oleh itu janganlah Engkau halang dia daripada memperolehi nikmat dan rahmat Mu."


KISAH 2 :

Pada suatu hari, sekumpulan golongan cerdik pandai telah datang ke rumah Rabiatul Adawiyah. Tujuan mereka tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menguji beliau dengan pelbagai persoalan. Malah mereka telah bersedia dengan satu persoalan yang menarik. Mereka menaruh keyakinan yang tinggi, kerana selama ini Rabiatul Adawiyah tidak pernah ketandusan hujah.

"Wahai Rabiatul Adawiyah, semua bentuk kebajikan yang tinggi-tinggi telah
dianugerahkan oleh Allah swt kepada kaum lelaki, namun tidak kepada kaum wanita." Ketua rombongan itu memulakan bicara.

"Buktinya?" Balas Rabiatul Adawiyah.

"Buktinya ialah, mahkota kenabian dan Rasul telah dianugerahkan kepada kaum lelaki. Malah mahkota kebangsawanan juga dikurniakan kepada kaum lelaki. Paling penting, tidak ada seorang wanita pun yang telah diangkat menjadi Nabi atau Rasul, malah semuanya dari golongan lelaki." Jawab mereka pula dengan yakin.

"Memang betul pendapat tuan-tuan sekalian. Akan tetapi harus diingat bahawa sejahat-jahat pangkat ada pada kaum lelaki juga, siapa yang mengagung-agungkan diri sendiri? Siapa yang begitu berani mendakwa dirinya sebagai Tuhan? Dan siapa pula yang berkata :

"Bukankah aku ini tuhanmu yang mulia?"

Dengan tenang, Rabiatul Adawiyah membalas hujah mereka sambil merujuk kepada Fir'aun dan Namrud. Kemudian Rabiatul Adawiyah menambah lagi, "Anggapan dan ucapan seperti itu tidak pernah keluar dari mulut seorang wanita. Malah semuanya ditimpakan kepada kaum lelaki."


KISAH 3 :

Suatu hari, Rabiatul Adawiyah terlihat seseorang sedang berjalan-jalan dengan kepalanya berbalut sambil menagih simpati daripada orang ramai. Kerana ingin tahu sebabnya orang itu berbuat demikian, Rabi'atul Adawiyah bertanya, "Wahai hamba Allah! Mengapa engkau membalut kepalamu sebegini rupa?"

"Kepalaku sakit." Jawab orang itu dengan ringkas.

"Sudah berapa lama?" Tanya Rabiatul Adawiyah lagi.

"Sudah sekian hari." Jawabnya dengan tenang.

Lantas Rabiatul Adawiyah bertanya lagi,"Berapa usiamu sekarang?"

Orang itu menjawab,"Sudah 30 tahun"

"Bagaimana keadaanmu selama 30 tahun itu?" Tanya beliau lagi.

"Alhamdulillah, sihat-sihat saja." Jawabnya.

"Apakah kamu memasang sebarang tanda di badanmu bahawa kamu sihat selama ini?" Tanya Rabiatul Adawiyah.

"Tidak." Jawab orang itu ragu-ragu.

"Masya’Allah, selama 30 tahun Allah telah menyihatkan tubuh badanmu, tetapi kamu langsung tidak memasang sebarang tanda bagi menunjukkan kamu sehat sebagai tanda bersyukur kepada Allah swt. Jika sebaliknya, pasti manusia akan bertanya kepada kamu sebabnya kamu sangat gembira. Apabila mereka mengetahui nikmat Allah kepadamu, diharapkan mereka akan bersyukur dan memuji Allah." Jelas Rabiatul Adawiyah.

"Akan tetapi, kini apabila kamu mendapat sakit sedikit, kamu balut kepalamu dan kemudian pergi ke sana sini bagi menunjukkan sakitmu dan kekasaran Allah swt terhadapmu kepada orang ramai, Mengapa kamu berbuat hina seperti itu?" Sambung Rabiatul Adawiyah lagi.

Orang yang berbalut kepalanya itu hanya diam seribu bahasa dan tertunduk malu dengan perlakuannya. Kemudian dia beredar meninggalkan Rabiatul Adawiyah dengan perasaan kesal dan insaf.

ON STRESS


....what does it do to your skin and what you can do to avoid it.

Your hormones speed up your heartbeat, making you breathe faster and giving you a burst of energy – known as the fight-or-flight response. And while positive stress is helpful as it gets you to work harder or react faster.  Negative stress will bring with it bad effects. Common symptoms of stress include headache, stiff neck and tight shoulders, back pain, sweating and sweaty palms, stomach upset, nausea or diarrhea, and elevated blood pressure.

Excess stress can damage many parts of our body-even our skin. Worry lines, premature wrinkles and serious skin rashes can emerge as a result of stress. How? Stress causes the body to release hormones, constrict blood vessels,  and decrease circulation.  This results in decreased blood supply to the skin, leaving it dry, irritated and prone to infection.  Therefore the more stressed out you are, the worse your skin will look.

During stressful times, you can take certain steps t0 care for your skin.  Try exercising regularly as it improves blood flow and abnormalises hormone levels, which in turn keeps skin healthy and smooth.  You should also wash and exfoliates your skin thoroughly and gently everyday while treating breakouts promptly with proper creams, ointments and lotions.

To calm nerves and soothe stressed skin, take oatmeal baths or use skin products with colloidal oatmeal.  Epsom salts in a bath or soaks can be used for relaxation while soothing tense muscles.

In addition to having good skin hygiene, a good night’s sleep is essential.  Sleep renews the body’s ability to fight stress and heals skin.  The food you eat is also crucial.  Eat a balanced diet rich in vitamins and minerals to keep skin healthy and glowing.

You can also practice stress- reduction techniques such as yoga and meditation.

More info:  Log on to: http://caring2u.com

Monday 16 January 2012

SUNGAI KU 2...


1971 Februari:


Aku mula bekerja di Kem Kesihatan (then Jln Young).  Tinggal di Bt 9 Cheras dengan emak saudara aku dan keluarganya.  Semua dalam keluarga itu  baik-baik belaka.  Aku tidak pernah rasa lapar sepanjang aku duduk di situ sebab nasi lemak enda sentiasa ade. Aku masih ingat cousin2 aku selalu buka rekod lagu-lagu hindi. Ada satu lagu ini amat aku suka mendengarnya. Puas aku nak ingatkan title nya. Dah lama baru dapat. Hai, cousin2 kat cheras..nongchik, aziz..ingat tak lagu ini.
                                                                                                          



                                          



Lepas tu  aku pindah, duduk dengan kawan-kawan (the Jalan Hale) di Kg. Baru.  Ok lah duduk ramai-ramai, kita learn to tolerate one another.  A nice experience. Masa tu pakai katil canvas je, yang boleh lipat tu.  Room mate aku, Azizah (muar) dan Kamsiah (seremban now Datin Khamsiah). Staying in this flat, i remembered one song masa bakat/bintang TV – Shagul Hamid – that wonderful sound; and the September 5 – woman..woman.


1973 – 1978:

Then kami ( Kamsiah & me) pindah ke Jln Ipoh, tambah member sorang lagi, Rozita, now married with an American. One day I met her in Jb. She was staying in S’pore, teaching TOUEFL.  Lost her number, dah tak jumpa lagi. Then Kamsiah masuk Utm and we went our separate ways.  I moved to Sg way.  A big bungalow house with 5 rooms – ramailah duduk sama-sama dengan anak saudara tuan rumah ( Maznah - fair and beautiful), all Kem Kesihatan staff. One day she advertised in the paper on a room for rent. Datanglah hamba Allah ni on Sunday,  kata nak sewa bilik.  We were all very friendly to her. Monday morning kami semua pergi, siap pesan..nak makan/minum...barang-barang ade kat here and there. Petang balik, the whole house habis kena selongkar,. Ni tak boleh jadi, kami pun moved out.  Carilah room to let..through agent. Agent tu tanya boleh share rumah tak?  Member pun cakap ok.  Kami ambil 2 bilik, a 2–storey house at Bangsar..dekat nak pergi keja tu.

Maka datanglah hari nak pindah. What happened after that sungguh-sungguh melucukan dan memang memalukan.  Masing-masing datang dengan barang-barang. Aku yang last datang.  Aku tengok kawan-kawan berdiri kat jalan. Aku tanya kenapa  tak masuk?  Rupa-rupanya agent tu sewakan 3 bilik lagi pada 5 orang male Sikh (pakai turban), staff of JS Gill, sports shop kat batu road tu.  Aduh..punyalah malunya..tak boleh nak cakap. Masing-masing tak nak masuk. Dah tak ade choice, kami moved in jugak.  Kalau dengan beg baju je, bolehlah cari tempat lain.  Ni sekali dengan  perabut.  Tak lena tidur kami dibuatnya.  Ingat lagi, jiran sebelah tu Malay bachelor boys, siap sindir kami dengan bercakap antara dia orang dengan slang Sikh. . Stayed there for a few days. Deposit habis burn. Split up..semuanya, bawak diri masing-masing. 

Aku pindah ke Brickfields, stayed there for sometimes, then member kawin. Aku pindah pula ke Gombak.  Stayed there sampai aku pindah ke JB ni. Two weeks before I got married (4/3/78), I got my transfer to Johor Bahru...and stay here ever since.




WHAT BRIDGET MENEREZ SAYS...


Mahatma Gandhi was a great man who thought ahead of his time.  He believed in power with no violence and he achieved his objective of independence for India with no guns.

His achievements are legendary, simply because such a simple achieved so much through his determination and humility in the face of danger.

Subservience is the result of the fear to be myself.  I do not have the courage to face, to change, to move in another direction.

Self respect releases me from fear and dependence because I  realise that I should not be a pawn for other people’s power games.

The consequences that  nothing belongs to me makes me a master.  The master is humble and self sufficient, having the natural attitude of maintaining the balance and harmony in all things.

The greatest humility of all is to recognise and accept that there are laws above human beings.

A king wearing crown rules over his kingdom only, whereas a man with humility rules over the hearts of men of all ages.

Where there is humility, there is willingness to learn. Ego is a ghost which does not allow a person to lead a normal life.

Bridget Menerez is the author of Self-Empowermement and Spiritual Counsellor.                                                                           Her article appears every Mondays in The Sun . 


Quote from Mahatma Gandhi:  “ You can chain me, you can torture me, you can even destroy my body, but you will  never imprison my mind.”